Struktur dan Proses Desain Organisasi Perusahaan
Kali ini saya akan menyajikan bahasan mengenai "Struktur dan Proses
Desain Organisasi" yang akan memuat materi dari Jurnal dan E-book yang
saya pakai.
1.1
Latar Belakang
Desain
organisasi adalah keseluruhan rangkaian elemen struktural dan hubungan di
antara elemen-elemen tersebut yang digunakan untuk mengelola organisasi secara
total (Griffin, 2004).Desain dan struktur Organisasi merupakan faktor penting yang
mempengaruhi perilaku individu dan kelompok-kelompok yang ada di dalam
organisasi. Berbagai perubahan yang terjadi dalam manajemen dalam lingkungan
bisnis global saat ini merupakan alasan utama desain dan struktur menjadi lebih
diperhatikan. Desain organisasi
dikaitkan dengan pengambilan keputusan manajerial yang menentukan struktur dan
proses yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Desain organisasi
akan berpengaruh pada pembentukkan suatu superstruktur di dalam kerja dari organisasi
tersebut. Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur
organisasi ini. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mendesain
organisasi, diantaranya satu yang sangat penting adalah teknologi, sifat kerja
itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan
organisasi, keperluan untuk menerima dan memproses informasi dari lingkungan
tersebut, dan keseluruhan startegi yang dipilih organisasi untuk berhubungan
dengan lingkungan.
1.2
Teori Desain Organisasi & Struktur Organisasi
Desain organisasi adalah pola tentang hubungan antara
berbagai komponen dan bagian organisasi.Pada organisasi formal struktur
direncanakan dan merupakan usaha sengaja untuk menetapkan pola hubungan antara
berbagai komponen, sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif. Sedangkan
pada organisasi informal, struktur organisasi adalah aspek sistem yang tidak
direncanakan dan timbul secara spontan akibat interaksi peserta. Desain
organisasi-organisasi memberikan kerangka yang menghubungkan wewenang karena
struktur merupakan penetapan dan penghubung antar posisi para anggota
organisasi. Jika seseorang memiliki suatu wewenang,
maka dia harus dapat mempertanggungjawabkan wewenangnya tersebut.
Pada umumnya orang akan menganggap struktur sama
dengan desain organisasi. Sesungguhnya desain organisasi merupakan proses
perkembangan hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi.
Jadi struktur merupakan hasil dari proses desain. Proses desain merupakan suatu
kegiatan yang bersifat continue dan dirancang oleh manajer. Apapun bentuk
atau hasil dari proses desain tersebut, para perancang desain organisasi harus
merancang sebuah organisasi yang dapat membuat organisasi tersebut tetap
bertahan hidup. Selain itu pemilihan desain organisasi tersebut akan menentukan
besar kecilnya organisasi. Setiap ukuran organisasi akan memberikan
keuntungan masing-masing, namun diharapkan tercapainya tujuan organisasi dan
juga eksistensi dari organisasi.
Tiga
Dimensi Struktur Organisasi:
A. Kompleksitas
Mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam
organisasi termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian
kerja, jumlah tingkatan di dalam hirarki organisasi serta tingkat sejauh mana
unit-unit organisasi tersebar secara geografis.
- Diferensiasi :
-
Diffrensiasi
horizontal
Merujuk pada tingkat diferensiasi antara
unit-unit berdasarkan orientasi para anggota, sifat
dari tugas yang dilaksanakan, dan tingkat pendidikan dan pelatihannya.
dari tugas yang dilaksanakan, dan tingkat pendidikan dan pelatihannya.
- Spesialisasi
adalah pengelompokkan aktivitas tertentu yang dilakukan satu individu.
Spesialisasi fungsional = pembagian kerja.
Spesialisasi sosial = individunya yang
dispesialisasi
- Departementalisasi :
cara organisasi secara khas mengkoordiinasikan aktivitas yang telah
dideferensiasi secara horizontal. Misal : Berdasarkan fungsi; geografis;produk;proses
- Diffrensiasi
vertikal, merujuk
pada kedalaman struktur
Misal :
organisasi berbentuk tall atau flat, tergantung dari rentang kendali (span of control)
- Diferensiasi
Spasial, tingkat sejauh mana lokasi dari kantor,pabrik, dan personalia
sebuah organisasi tersebar secara geografis.
Bentuk dari desain organisasi ini ditentukan oleh
tingkat formalisasi yang dilakukan, tingkat sentralisasi dalan organisasi,
kualifikasi karyawan, span of control
yang ada serta komunikasi dan koordinasi yang ada dalam organisasi
(Robbins,2003:136). Bentuk desain organisasi terdiri dari:
a. Organic
Pada organisasi yang berbentuk organic, maka dalam organisasi ini
terdapat tingkat formalisasi yang rendah, terdapat tingkat sentralisasi yang
rendah, serta diperlukan training dan pengalaman untuk melakukan tugas
pekerjaan. Selain itu terdapat span of
control yang sempit serta adanya komunikasi horisontal dalam organisasi.
b. Mostly
Organic
Pada organisasi yang berbentuk mostly organic, formalisasi dan
sentralisasi yang diterapkan berada di tingkat moderat. Selain itu diperlukan
pengalaman kerja yang banyak dalam organisasi ini. Terdapat span of control yang bersifat antara
moderat sampai lebar serta lebih banyak komunikasi horizontal yang
bersifat verbal dalam organisasi tersebut.
c. Mechanistic
Pada organisasi yang berbentuk mechanistic, terdapat ciri-ciri yaitu:
adanya tingkat formalisasi yang tinggi, tingkat sentralisasi yang tinggu,
training atau pengalaman kerja yang sedikit atau tidak terlalu penting, ada span of control yang lebar serta adanya
komunikasi yang bersifat dan tertulis.
d. Mostly Mechanistic
Pada jenis organisasi ini,
terdapat ciri-ciri yaitu: adanya formalisasi dan sentralisasi pada tingkat
moderat, adanya training-training
yang bersifat formal atau wajib, span of
control yang bersifat moderat serta terjadi komunikasi tertulis maupun
verbal dalam organisasi tersebut. Desain organisasi membahas tentang
bagaimana suatu organisasi dirancang dalam rangka pencapaian sebuah tujuan.
Dalam desain organisasi ini terdapat
Birokrasi. Desain organisasi ini selalu ada di setiap perusahaan, namun
biasanya untuk desain organisasi yang terstruktur hanya ada pada perusahaan
menengah ke atas.
Pengertian
Struktur Organisasi
Menurut
Herbert A. Simon, Donald W. Smithburg, dan Victor A. Thompson , Organisasi
adalah suatu sistem terencana mengenai usaha kerjasama dalam mana setiap
peserta mempunyai peranan yang diakui untuk dijalankan dan kewajiban-kewajiban
atau tugas-tugas untuk dilaksanakan. Ada beberapa bagian dari organisasi,
yaitu:
1. The Operating Core. Yang termasuk disini adalah para pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar yang berhubungan dengan produksi barang dan jasa.
2. The Strategic Apex. Yang termasuk di dalam bagian ini adalah manajer tingkat puncak (top management).
3. The Middle Line. Yang termasuk di dalam bagian ini adalah para manajer yang menjembatani manajer tingkat atas dengan bagian operasional.
4. The Technostructure. Yang termasuk dalam bagian ini adalah mereka yang diserahi tugas untuk menganalisa dan bertanggung jawab terhadap bentuk standarisasi dalam organisasi.
5. The Support Staff. Yang termasuk disini adalah orang-orang yang memberi jasa pendukung tidak langsung terhadap organisasi ( orang-orang yang mengisi unit staff).
Struktur adalah hubungan antara macam-macam fungsi atau aktivitas di dalam organisasi . Struktur organisasi adalah hubungan antar para pegawai dan aktivitas-aktivitas mereka satu sama lain serta terhadap keseluruhan, di mana bagian-bagiannya adalah tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan atau fungsi-fungsi dan masing-masing anggota kelompok pegawai yang melaksanakannya.
Struktur
organisasi yang akan dibentuk tentunya struktur organisasi yang baik. Struktur
organisasi yang baik harus memenuhi syarat sehat dan efisien. Struktur
organisasi sehat berarti tiap-tiap satuan organisasi yang ada dapat menjalankan
peranannya dengan tertib. Struktur organisasi efisien berarti dalam menjalankan
peranannya tersebut masing-masig satuan organisasi dapat mencapai perbandingan
terbaik antara usaha dan hasil kerja.
Elemen Utama Struktur Organisasi
a.
Kompleksitas
Kompleksitas
struktur menggambarkan derajat diferensiasi dalam suatu organisasi, baik
diferensiasi horizontal, vertikal, maupun spasial.
1. Diferensiasi Horizontal
Penyebab terjadinya diferensiasi horizontal adalah berkembangnya beragam unit dalam organisasi berdasarkan orientasi pekerjaan, sifat tugas-tugas di dalamnya, serta latar pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Ketika organisasi membutuhkan unit-unit yang beragam untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi, pada saat itu pula terjadi diferensiasi horizontal.
Bentuk
spesialisasi ada dua, yaitu spesialisasi fungsional dan spesialisasi sosial.
Spesialisasi fungsional dilakukan dengan cara memecah-mecah pekerjaan menjadi
tugas-tugas sederhana. Jadi, yang dispesialisasi adalah pekerjaannya.
Contohnya, pekerjaan merakit mobil dipecah-pecah menjadi rangkaian pekerjaan
yang lebih sederhana, dan masing-masing dikerjakan oleh orang yang berbeda.
Sebaliknya,
spesialisasi sosial merujuk pada spesialisasi orang. Artinya, organisasi
merekrut seseorang yang ahli untuk melakukan jenis-jenis pekerjaan tertentu
yang bersifat khusus. Misalnya, menggunakan analisis pasar untuk mengamati dan
membuat prediksi perkembangan pasar.
2.
Diferensiasi Vertikal
Diferensiasi
horizontal dan vertikal sebenarnya berhubungan erat. Meningkatnya diferensiasi
horizontal biasanya selalu dibarengi dengan kebutuhan untuk mengontrol
aktivitas yang kian beragam. Organisasi kemudian menambah lapisan pengawas atau
supervisor (untuk mengawasi lapisan pekerja) atau manajer (untuk mengawasi
supervisor atau manajer level bawah). Hal ini dengan sendirinya menambah
diferensiasi vertikal. Jadi, diferensiasi vertikal adalah gambaran dari
lapisan-lapisan hierarki dalam organisasi.
3.
Diferensiasi Spasial
Diferensiasi
spasial menggambarkan sejauh mana fasilitas dan personel organisasi tersebut
secara geografis. Organisasi yang memiliki sejumlah kantor dan/atau personal
yang tersebar dalam rentang geografis yang luas, tentunya akana menghadapi
kompleksitas yang lebih tinggi daripada organisasi yang hanya berpusat pada
satu atau beberapa lokasi.
b. Formalisasi
Formalisasi
dalam organisasi sebenarnya dapat dilakukan dengan dua pola yaitu melalui
aturan, prosedur, dan sanksi-sanksi regulatif yang disusun oleh pengelola
organisasi, atau melalui rekrutmen terhadap tenaga-tenaga profesional yang
telah terdidik dengan nilai-nilai, norma-norma, dan pola perilaku sesuai
profesi mereka.
c. Sentralisasi
Senralisasi
adalah sejauh mana otoritas formal untuk membuat pilihan-pilihan bebas
terkonsentrasi ada seseorang, sebuah unit, atau suatu level, sedemikian rupa
sehingga para pegawai hanya dimungkinkan memberikan input seminimal mungkin
dalam pekerjaan. Sentralisasi kadang-kadang terkait juga dengan masalah
kecenderungan personal. Hal ini terutama pada perusahaan-perusahaan yang
dikelola oleh pemiliknya sendiri. Ketika ukuran organisasi semakin besar dan
menuntut pendelegasian keputusan yang lebih banyak, tidak jarang pemilik
sekaligus pengelola tersebut merasa enggan.
d.
Fungsi atau Kegunaan Struktur dalam Organisasi
1. Kejelasan Tanggung Jawab. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab dan apa yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab kepada pimpinan atau atasan yang memberikan kewenangan, karena pelaksanaan kewenangan itu yang harus dipertanggungjawabkan.
2. Kejelasan Kedudukan. Kejelasan kedudukan seseorang dalam struktur organsisasi sebenarnya mempermudah dalam melakukan koordinasi maupun hubungan karena adanya keterkaitan penyelesaian suatu fungsi yang dipercayakan kepada seseorang.
3. Kejelasan Uraian Tugas. Kejelasan uraian tugas dalam struktur organisasi sangat membantu pihak pimpinan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian, dan bagi bawahan akan dapat berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan karena uraiannya yang jelas.
C. Bentuk-Bentuk Struktur Organisasi
1.
Struktur Garis (Sederhana)
Organisasi bentuk garis di ciptakan oleh Henry Fayol. Pada struktur organisasi ini, wewenang dari atasan disalurkan secara vertikal kepada bawahan. Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara langsung di tujukan kepada ataan yang memberi perintah. Umumnya organisasi yang memakai struktur ini adalah organisasi yang masih kecil, jumlah karyawannya sedikit dan spesialisasi kerjanya masih sederhana.
Ciri-Ciri : kesatuan perintah terjamin. Pembagian kerja jelas dan mudah
dilaksanakan. Organisasi tergantung pada satu pimpinan. Ruang lingkup
Organisasinya lebih kecil dan jumlah anggota juga sedikit. Hubungan kerja
antara atasan dan bawahan bersifat langsung. Tujuan alat-alat yang digunakan
dan struktur organisasi bersifat sederhana. Tingkat spesialisasi yang
dibutuhkan masih sangat rendah. Semua anggota organisasi masih kenal antara
satu sama lainnya. Produksi yang dihasilkan belum beraneka ragam (defersified).
Kelebihan struktur garis: Karyawan akan lebih menyadari tugas, tanggung jawab,
dan pekerjaan yang diembannya, karena struktur ini lebih mudah dimengerti.
Struktur ini juga menjadikan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat
karena tidak ada halangan birokrasi. Biaya-biaya yang berkaitan dengan koordinasi
dan kontrol biasanya relatif kecil.
Kekurangan struktur garis. Kurang fleksibel dalam menyediakan spesialisasi yang
dibutuhkan ketika perusahaan menjadi lebih luas dan kompleks. Tugas karyawan
yang terbatas sejak awal menghalangi mereka mendapatkan pengalaman yang
dibutuhkan untuk meningkat ke posisi manajerial.
1.3Analisis Struktur Organisasi untuk Manajemen Talenta
Situasi:
Banyak
organisasi memperkenalkan strategi manajemen talenta dengan menempelkannya pada
struktur yang sudah ada dalam organisasi.
Studi kasus ini menggambarkan suatu pendekatan di mana strategi
manajemen talenta menjadi bagian integral dari struktur organisasi dan menjadi
basis bagi pengembangan strateginya. Dalam
kasus ini perusahaan menginginkan secepatnya karyawan bertanggung jawab memberi
laba nyata bagi perusahaan. Apabila berhasil, setelah kemampuan karyawan
berkembang, perusahaan memberi tanggung jawab yang lebih besar lagi. Falsafah
pengembangan tanggung jawab ini digabungkan dengan konsep yang disebut sebagai
“fully burdened profit center”.
Dalam
konsep ini, profit center menanggung biaya langsung plus biaya overhead
korporat yang dialokasikan kepada profit center tersebut. Biaya overhead
tersebut, bersama dengan pendapatan yang dihasilkan masing-masing profit
center, digunakan untuk menghitung posisi laba rugi bulanan. Hasil kumulatif
profit center dalam suatu divisi menghasilkan laba rugi divisi dan kumulatif
laba rugi divisi menghasilkan laba rugi Grup.
Isu Utama
Isu
utama dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
Pengalokasian
biaya overhead dan biaya tidak langsung secara adil pada masing-masing profit
center.
Pengembangan
sistem pelaporan dan prakiraan (forecasting) pada level pelaporan yang paling
rendah dan yang akan memungkinkan agregasi (penggabungan) dalam divisi dan
sampai level Grup.
Perekrutan,
pengembangan dan pelatihan staf yang
mampu bekerja dalam struktur ini dan berjuang dalam budaya ini.
Pengembangan
proses perencanaan tahunan yang efektif yang merupakan kombinasi parameter dari
bawah ke atas (bottom-up) dan dari atas ke bawah (top-down) di mana sasaran
bisnis pusat laba diasimilasikan ke dalam rencana dan sasaran pertumbuhan Grup.
Cara-cara penanganan beberapa isu
tersebut akan dibahas di bagian berikut.
Masalah
Tantangan
utama yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah bagaimana mengalokasikan biaya
overhead grup kepada masing-masing profit center secara adil. Grup memiliki
biaya langsung dan tidak langsung yang menjadi biaya overhead yang harus
dialokasikan ke profit center di setiap divisi. Biaya overhead group mencakup
biaya administrasi keuangan dan gedung, biaya SDM grup, biaya pemasaran grup,
biayamanaging director grup, dan biaya managing director divisi-divisi. Semua
biaya ini merupakan 50% dari overhead keseluruhan. Selain itu, masih ada biaya
overhead dari biaya tidak langsung, seperti biaya sewa gedung, biaya
penerangan, telepon, peralatan kantor, dan biaya operasional langsung.
Pendekatan
ini mendorong para manajer profit center untuk mengkaji kembali laba yang
dibuatnya dengan mempertimbangkan biaya overhead grup yang harus ditanggung.
Program imbal jasa dan penghargaan mereka didasarkan pada pencapaian target
laba yang dibuat setelah menanggung overhead Grup.
Direktur
Pemasaran Grup harus mengukur kontribusinya dan pendapatan yang akan
diperolehan dari anggaran promosi Pemasaran Grup. Pertanyaan yang sama muncul
terhadap fungsi Keuangan Grup dan fungsi SDM Grup. Kombinasi check and balance,
bersama dengan transparansi proses, merupakan bagian dari program pengembangan
talenta. Manajer pada profit center yang ambisius, akan termotivasi untuk
menunjukkan kemampuannya menghasilkan laba yang tinggi, terus mengawasi
pengeluaran yang tidak memberi kontribusi nyata pada laba atau yang mengganggu
kemampuannya menghasilkan laba yang ditargetkan.
Salah
satu komentator eksternal berpendapat bahwa perusahaan tersebut seperti perahu
yang ‘dapat pergi ke mana saja untuk mendapatkan uang tanpa membawa beban.”
Tantangan
serius yang kedua adalah untuk menemukan keseimbangan antara mental ‘robber
baron’ dengan etos ‘good for the Group‘.
Inti
dari tantangan ini adalah aspek tersembunyi lain dari strategi manajemen
talenta, yaitu mendapatkan dan mengembangkan karyawan yang berkinerja tinggi.
Pada
level profit center, manajer pusat laba berupaya menarik dan mempertahankan
orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi untuk menghasilkan laba. Semangat
tim yang kuat ditumbuhkan dan dikembangkan, dan jika tim berhasil mencapai
target, semangat kerja menjadi tinggi dan etos kerja berkembang.
Meskipun
semangat dan etos kerja ini diharapkan, ada juga sisi negatifnya. Salah satunya
adalah ‘nuansa perang’ di mana unit laba yang satu dengan yang lain akan
berkompetisi dalam bisnis yang sama. Seringkali, hal ini membuat pelanggan
menjadi bingung (karena diperebutkan oleh profit center-profit center) dan
menjadi kelemahan Grup secara keseluruhan.
Secara
teori, salah satu peran Managing Director Divisi adalah mengarbitrase
persaingan antar pusat laba, dan memutuskan batas-batas wilayah masing-masing
unit laba. Masalah klasiknya adalah prospek atau pelanggan yang beroperasi di
suatu wilayah, tetapi memiliki unit-unit di wilayah lain yang menjadi ‘wilayah
kekuasaan’ dari pusat-pusat laba yang berbeda-beda dari Grup.
Dampak
negatif kedua adalah tumbuhnya sikap ‘kerajaan saya’ yang menjadikan sumber
daya pada pusat laba bersifat eksklusif, tidak boleh digunakan oleh pusat laba
atau bagian lain. Masalah muncul ketika suatu unit laba kapasitasnya sedang
‘berlebih’, sementara pusat laba lain sedang ‘kekurangan’. Memang ini merupakan
bagian dari siklus bisnis, tetapi sangat mengganggu kinerja bisnis Grup secara
keseluruhan apabila antar pusat laba tidak dapat berbagi sumber daya. Kondisi
ini diatasi dengan model pembebanan antar unit.
Semua
isu ini menjadi bagian dari bahan budaya perusahaan dan konsep yang
mendasarinya membentuk bagian yang penting proses induksi bagi karyawan baru.
Etos untuk fokus pada pencapaian laba perusahaan ini merupakan unsur integral
dalam struktur organisasi yang tercermin dan didukung oleh etos fokus laba.
Masalah
utamanya adalah komunikasi strategi sebagai falsafah operasional. Hal ini
dipecahkan melalui kombinasi struktur, proses dan pengembangan diri. Cara
bagaimana menangani masalah tersebut dijelaskan di bawah ini.
Solusi
Strategi
yang diambil perusahaan adalah merekrut karyawan lulusan pendidikan S1 untuk
memberi tenaga baru dengan kapasitas intelektual yang diinginkan.
Tahun
pertama bagi karyawan baru adalah mengikuti kombinasi pelatihan teknis dengan
mendapatkan pengalaman di lapangan di profit center. Pada awal tahun,
masing-masing profit center mengidentifikasi lulusan S1 yang dibutuhkan, dengan
menanggung biaya perekrutan dan pelatihan.
Program
perekrutan karyawan baru dikelola oleh Departemen SDM Grup, yang juga memonitor
perkembangan karyawan yang direkrut sejak awal tahun. Salah satu sasaran dari
proses ini adalah mengidentifikasi pola dan tren yang akan membantu memastikan
proses seleksi awal dapat mengidentifikasi karakteristik karyawan yang baru
direkrut yang membuat kemajuan terbaik dari segi pengembangan karier.
Bagi
mereka yang sudah berada dalam perusahaan yang telah lolos program pelatihan,
proses pengembangan karier membawa mereka melewati serangkaian peningkatan
level tanggung jawab untuk mencapai hasil tertentu.
Inilah
strategi manajemen talenta instrinsik yang diperkuat dengan budaya perusahaan.
Ketika
seorang karyawan berhasil menunjukkan kemampuan untuk menjalankan suatu level
tanggung jawab tertentu – misalnya sebagai pemimpin tim atau manajemen proyek –
mereka berhak untuk menerima peran dengan lingkup tanggung jawab yang lebih
besar dan lebih luas.
Mereka
menjadi sangat akrab dengan perencanaan keuangan dan pemodelan laba karena
mereka juga menjadi bagian dari proses perencanaan anggaran tahunan.
Pada
tahap tertentu dalam karier mereka maju ke hadapan panel promosi. Salah satu
sasaran panel ini adalah untuk memastikan bahwa karyawan berkinerja tinggi di
divisi-divisi tidak akan terlewat untuk mendapat kesempatan memegang peran
eksekutif pada bagian lain yang perlu diisi.
Hasil dan manfaat
Dengan
pendekatan dan struktur seperti ini perusahaan dapat menghasilkan pertumbuhan
dan laba yang stabil dalam periode waktu yang lama.
Budaya
dan etos berarti bahwa perusahaan mampu membuat penyesuaian yang cepat pada
kondisi pasar dan selalu memiliki tim eksekutif muda yang mampu menggali
peluang-peluang baru.
Perusahaan
memiliki kekuatan manajemen yang kokoh dan dapat dengan cepat mengidentifikasi
bintang-bintang yang baru muncul yang dapat mengelola tantangan baru. Kualitas
dan kekuatan pendekatan yang mendasarinya tercermin dalam pendekatan yang
diadopsi oleh mereka yang pergi untuk memimpin perusahaan lain. Di perusahaan
lain, ternyata mereka menerapkan konsep yang sama.
Budaya
tersebut juga menciptakan loyalitas pada perusahaan yang kuat. Hal ini terbukti
dari banyak eksekutif yang menggabungkan kariernya ke luar perusahaan, tetapi
akhirnya kembali lagi dengan keahlian baru.
Program penguatan
Pada
awal penyerapan budaya perusahaan, para karyawan baru melalui proses osmosis –
melihat dan meniru. Ketika perusahaan berkembang, mulai disadari bahwa proses
ini memerlukan dokumentasi dan pelatihan formal. Pesatnya perkembangan
perusahaan, menuntut perekrutan karyawan besar-besaran yang mengharuskan
formalitas dokumentasi dan pelatihan.
Panel
promosi ditetapkan melalui proses formal untuk menominasikan kandidat yang akan
dipromosikan. Salinan hasil evaluasi kinerja terbaru didukung dengan aplikasi
ini. Pada level senior, kursus pelatihan tertentu diidentifikasi yang memberi
pendidikan dalam perencanaan korporat, manajemen program dan berbagai
keterampilan lunak (soft skill).
Meskipun
perusahaan tidak secara formal menyeponsori karyawannya mengambil kursus MBA,
perusahaan melakukan perekrutan manajer senior dengan kualifikasi lulusan
program MBA dan menyerap keahlian mereka ke dalam budaya.
Meskipun
perusahaan belum memutuskan untuk mengembangkan strategi manajemen talenta,
struktur yang diadopsi dan budaya perusahaan yang memayunginya, berkontribusi
pada pengembangan falsafah talenta dalam strategi formal.
1.4 Kesimpulan
Desain organisasi merupakan proses perkembangan hubungan dan
penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan desain organisasi,
maka keadaan perusahaan bisa terkontrol dan bisa meminimalisir apabila terdapat
kendala kedepannya dan bisa memajukan perusahaan untuk bisa menjadi perusahaan
yang unggul dibidangnya. Tetapi tidak luput dari aturan, dalam mendesain
organisasi diperlukan adanya pertimbangan serta pemilihan yang matang dalam
menentukan cara/ jenis mendesain organisasinya, tepat atau tidak dan dapatkah
cara itu mengimplementasikan tujuan daripada organisasi tersebut nantinya.
Tiga
dimensi organisasi meliputi Kompleksitas, Formalisasi, dan Sentralisasi.
Kompleksitas terdiri dari diferensiasi horizontal yang berorientasi pada
unit-unit dalam suatu organisasi seperti misalnya departemen. Diferensiasi
Vertikal berorientasi pada level (jabatan) dalam suatu organisasi, misalnya
saja golongan (pangkat) pada suatu perusahaan. Diferensiasi Spasial lebih
berorientasi pada lokasi (letak geografis) organisasi tersebut. Formalisasi
yaitu sejauh mana organisasi menyadarkan dirinya pada peraturan dan prosedur
untuk mengatur perilaku dari para pegawainya. Sedangkan Sentralisasi, tingkat
di mana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tanggal di
dalam organisasi.
Daftar Pustaka :
Ivancevich,
dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga
Robbins dan
Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat
Gibson, Ivancevich, Donnely. 1996. Organisasi: Perilaku,
Struktur, Proses Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga
Komentar